REKRUITMEN KEPEGAWAIAN
1. PENGERTIAN
REKRUITMEN KEPEGAWAIAN
Menurut beberapa ahli adalah :
a. Andrew
E. Sikula (1981:183) mengemukakan bahwa :
“Recruitment
is the act or process of an organization to obtain additional manpower for
operational purpose. Recruiting involves acquiring further human resources to
serve as institusional input”
Rekruitmen
kepegawaian adalah tindakan atau proses dari suatu usaha organisasi untuk
mendapatkan tambahan pegawai untuk tujuan operasional.Rekruitmen kepegawaian
melibatkan sumber daya manusia yang mampu berfungsi sebagai input lembaga.
b. Arum
Monappa dan Mirza S. Saiyadain (1979:104) berpendapat bahwa :
“”Recruitment
is the generating of apllications or applicants for specific positions”.
Rekruitmen
kepegawaian adalah memproses lamaran atau memproses calon-calon pegawai untuk
posisi pekerjaan tertentu.
c. Dale
Yoder (1981:261) menjelaskan bahwa :
“Recruitment,
including the identification and evaluation of source, is a major step in the
total staffing process. That process begins with the determination of manpower
needs for the organization. It continues with inventories of capabilities,
recruitment, selection, placement, and orientation”.
Rekruitmen
kepegawaian adalah mencakup identifikasi dan evaluasi sumber-sumbernya, tahapan
dalam proses keseluruhan menjadi untuk organisasi, kemudian dilanjutkan dengan
mendaftar kemempuan penarikan, seleksi, penempatan, dan orientasi.
Berdasarkan
pendapat para ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa rekruitmen
kepegawaian adalah suatu proses yang dilakukan oleh perusahaan untuk
mendapatkan tambahan pegawai yang melalui tahapan yang mencakup identifikasi
dan evaluasi sumber-sumber penarikan pegawai, menentukan kebutuhan pegawai yang
diperlukan perusahaan, proses seeksi, penempatan, dan orientasi pegawai.
2. SUMBER-SUMBER
PENARIKAN PEGAWAI
Sumber penarikan pegawai ada 2 macam yaitu :
1.
Bersumber
dari dalam perusahaan dengan melalui mutasi meliputi : promosi jabatan,
transfer dan demosi jabatan.
2.
Bersumber
dari luar perusahaan dengan melalui iklan media masa, lembaga pendidikan dan
depnaker.
a.
Sumber
dari dalam perusahaan
Adalah proses memutasi pegawai berdasarkan hasil
evaluasi penilaian prestasi kerja dan
kondisi pegawai dalam perusahaan. Ada 3 macam bentuk mutasi pegawai yaitu :
1)
Promosi
jabatan
Pemindahan
pegawai dari satu jabatan ke jabatan lain yang setingkat lebih tinggi dari sebelumnya.
2)
Transfer
atau rotasi pekerjaan
Pemindahan
bidang pekerjaan pegawai ke bidang pekerjaan lain tanpa mengubah tingkat
jabatannya.
3)
Demosi
jabatan
Penurunan
jabatan pegawai setingkat lebih redah atas dasar kondisi dan prestasi kerja
atau akibat penyederhanaan struktur organisasi.
b.
Sumber
dari luar perusahaan
Adalah proses penarikan pegawai melalui iklan media
masa, lembaga pendidikan, depnaker dan lamaran kerja yang sudah masuk di
perusahaan.
1.
Iklan
media masa
Media masa
dimanfaatkan perusahaan untuk sumber penawaran formasi kerja kepada masyarakat.
Dengan media masa diharapkan banyak lamaran kerja yang masuk ke perusahaan.
Dengan demikian perusahaan dapat menyeleksi calon pegawai sesuai dengan
persyaratan kualifikasi dan formasi yang dibutuhkan.
2.
Lembaga
pendidikan
Melaui
lembaga pendidikan perusahaan dapat memanfaatkan referensi atau rekomendasi
dari pimpinan lembaga pendidikan mengenai calon yang memenuhi kualifikasi yang
dibutuhkan. Calon pegawai yang direkomendasikan oleh pemimpin lembaga
pendidikan adalah calon pegawai yang mempunyai prestasi akademik yang tinggi
dan memiliki kepribadian yang baik
3
Depnaker
Perusahaan
memanfaatkan calon pegawai yang mendapat rekomendasi dari Departemen Tenaga
Kerja. Hal ini merupakan kewajiban perusahaan dalam rangka membantu program
pemerintah dalam menyalurkan penduduk pencari kerja dan pengangguran.
4.
Lamaran
kerja yang sudah masuk di perusahaan
Lamaran
pekerjaan yang sudah masuk di perusahaan dapat dipertimbangkan sebagai sumber
penarikan pegawai. Dengan lamaran kerja tersebut perusahaan dapat langsung
menyeleksi lamaran yang memenuhi kebutuhan untuk mengisi formasi yang kosong
3.
SELEKSI CALON PEGAWAI
·
Pengertian Seleksi Calon Pegawai
Andrew E.Sikulda (1981:185) mengemukakan
bahwa :
“Selecting is choosing. Any selection is
a collection of things chosen. The selection pproses involves picking out by
preference some objects or things from among others. In reference to staffing
and employment, selections refers specifically to the decision to hire a
limited number of wokers from a group of potential employees”.
Dalam kepegawaian , seleksi lebih secara
khusus mengambil keputusan dengan membatasi jumlah pegawai yang dapat
dikontrakkerjakan dari pilihan sekelompok calon-calon pegawai yang berpotensi.
·
Teknik-teknik seleksi
Teknik seleksi pegawai yaitu dengan
menggunakan tes pengetahuan akademik, tes psikologis, wawancara dan tes
kesehatan.
a) Tes
pengetahuan akademik
Bertujuan mengetahui tingkat penguasaan
materi pengetahuan akademik calon pegawai. Materi tes disesuaikan dengan bidang
pendidikan dan tingkat pendidikan calon pegawai. Selain itu juga diberikan tes
mengenai materi yang berhubungan dengan bidang pekerjaan yang ditawarkan.
b) Tes
psikologis
Tes ini diberikan oleh ahli psikologis
(psikolog). Tes psikologis mengungkap kemampuan potensial dan kemampuan nyata
calon pegawai. Beberapa tes yang berhubungan dengan psikologis diantaranya :
1) Tes
bakat
Tes bakat mengukur kemampuan potensi
(IQ), bakat khusus seperti bakat ketangkasan mekanik, kemampuan juru tulis,
kemampuan daya abstraksi, dan kemampuan berhitung, kemampuan daya analisis,
kemampuan perencanaan, kemapuan sintesa dan kemampuan persepsi calon pegawai.
2) Tes
kecenderungan untuk berprestasi
Tes ini mengukur ketrampilan dan
pengetahuan calon pagawai. Selain itu untuk mengukur kemampuan kerja baik
bersifat oral maupun tertulis.
3) Tes
minat bidang akademik
Tes ini mengukur calon pegawai terhadap
suatu jabatan atau bidang pekerjaan. Melalui tes ini dapat diketahui apakah
pilihan pekerjaan calon pegawai sesuai dengan minatnya.
Minat bidang pekerjaan yang dimaksud
adalah outdoor ( peneliti lingkungan, bertani, memelihara ternak, pengawas
hutan), mechanical (ahli teknik, montir, operator), computational (akuntan,
kasir bank, pemegang buku), scientific (dokter. Insinyur, ahli kimia, pilot,
perawat, ahli ilmu pengetahuan), persuasive (aktor dan artis, penyiar radio,
pelayan toko, pengarang, ahli hukum), artistik (penulis novel, sejarawan,
pengajar, aktor, wartawan, editor, ahli perpustakaan, kritikus drama), misical
(penyanyi, pemain alat musik, pagelaran konser), sosial service (perawat,
pemimpin pramuka, penyuluh, pekerja sosial), clerical (akuntan, juru arsip,
sekretaris, ahli statistika, pengelola lalu lintas)
4) Tes
keprbadian
Tes ini mengukur kedwasaan emosi,
kesukaan bergaul, tanggung jawab, penyesuaian diri, objektivitas diri, simptom
ketakutan.
c) Wawancara
Adlah pertemuan antara dua orang atau
lebih secara berhadapan (face to face) dalam rangka mencapai suatu tujuan
tertentu. Wawancara merupakan salah satu teknik seleksi pegawai yang dilakukan
dengan cara tanya jawab langsung untuk mengetahui data pribadi calon pegawai.
Tujuan wawancara seleksi adlah untuk mengetahui
apakah calon pegawai memenuhi persyaratan kualifikasi yang telah ditentukan
perusahaan. Faktor-faktor yang eprlu diperhatikan dalam wawancara adalah :
§ Sebelum
wawancara
Pewawancara harus sudah mempersiapkan
kerangka apa yang akan ditanyakan kepada calon pegawai (kandidat). Ruangan
untuk awawncara juga harus sudah dipersiapkan. Ruangan untuk wawancara harus
disesuaikan dengan jumlah peserta yang akan diwawancarai. Selain itu ruanga
untuk wawancara juga harus dilengkapi dengan ruang tunggu, toilet, jam dinding,
majalah / koran. Sebelum wawancara dimulai pewancara seharusnya menyambut
peserta wawancara dengan sikap yang hangat. Sehingga akan menimbulkan kesan
yang baik dari peserta wawancara.
§ Selama
wawancara
Wawncara dimulai oeh pewawancara dengan menanyakan
kabardari peserta wawancara. Hal ini dilakukan untuk mengurangi rasa tegang
dari peserta wawancara. Selama wawancara berlangsung pewawancara harus bisa
mengambil garis besar dari jawaban peserta wawancara dan mengendalikan peserta
untuk tidak menjawab dengan kalimat yang bertele-tele.
§ Setelah
wawancara
Sebelum mengakhiri wawancara,
pewawancara harus mengecek terlebih dahulu apakah pertanyaan yang diberikan
sudah cukup. Pada akhir wawancara pewawancara harus bisa memberikan kesimpulan
mengenai kemampuan peserta. Setelah wawancara selesai, pewawancara dapat
mengantar peserta sampai didepan pintu dan mengucapkan salam.
§ Penilaian
wawancara
Penilaian ini bisa dialakukan oleh
panitia yang terlibat dalam proses wawancara. Penilaian dilakukan setelah semua
proses wawancara selesai dan dibicarakan secara bersama-sama mengenai
kesimpulan yang didapatkan oleh masing-masing panitia. Setelah hal tersebut
dilakukan maka dapat diambil kesimpualan siapa yang layak diterima untuk
bekerja di perusahaan dan sesuai dengan kualifikasi yang ditentukan oleh
perusahaan.
Prabu
Mangkunegara,Anwar.(2001).”Manajemen
Sumber Daya Manusia”.Bandung : PT.Remaja
Rosdakarya
PENGEMBANGAN KARIR
1.
Pengertian Karir
Karir
dalam terminologi organisasi seringkali dikaitkan dengan kemajuan (advanced).
Ada beberapa definisi menurut para pakar, menurut Hastho Joko Nur Utomo dan
Meilan Sugiarto, para pakar lebih senang mendefinisikan karir sebagai
perjalanan pekerjaan seorang pegawai di dalam organisasi. Perjalanan ini
dimulai sejak ia diterima sebagai pegawai baru dan berakhir pada saat ia tidak
bekerja lagi dalam organisasi tersebut.
Sementara
Triton P.B. menyimpulkan definisi karir berdasarkan beberapa pendapat pakar
sebagai kronologi kegiatan-kegiatan dan perilaku-perilaku yang terkait dengan
kerja dan sikap, nilai dan aspirasi-aspirasi seseorang atas semua pekerjaan
atau jabatan baik yang telah maupun yang sedang dikerjakannya.
Berdasarkan
pendapat Andrew J.Dubrin, pengembangan karier adalah aktivitas kepegawaian yang
membantu pegawai-pegawai merencanakan karier masa depan mereka di perusahaan
agar perusahaan dan pegawai yang bersangkutan dapat mengembangkan diri secara
maksimum.
Sedangkan
pengertian pengembangan karir itu sendiri adalah proses pelaksanaan
(implementasi) perencanaan karir. Pengembangan karir pegawai bisa dilakukan
melalui dua jalur, yakni melalui pendidikan dan latihan (diklat) dan melalui
non diklat. Contoh pengembangan karir melaui diklat misalnya menyekolahkan
pegawai, memberi pelatihan. Sementara contoh pengembangan karir melalui non
diklat seperti memberi penghargaan kepada pegawai berprestasi, mempromosikan ke
jabatan yang lebih tinggi.
2.
Konsep Dasar Karir dan Perencanaan
Karir
Konsep
karir adalah konsep yang netral (tidak berkonotasi positif atau negatif).
Karena itu karir ada yang baik dan ada pula karir yang buruk. Perencanaan karir
seseorang dapat berjalan baik atau buruk sebenarnya ditentukan juga oleh peran
dan dukungan dari departemen sumber daya manusia dan manajemen personalia.
Menurut
Handoko, beberapa tugas seorang manajer personalia adalah sebagai berikut:
- Mengembangkan para karyawan yang dapat dipromosikan.
- Menurunkan perputaran karyawan.
- Mengungkap potensi karyawan
- Mendorong pertumbuhan karyawan
- Mengurangi penimbunan karyawan walaupun mereka berpotensi tinggi.
- Memuaskan kebutuhan karyawan
- Membantu pelaksanaan rencana-rencana kegiatan yang telah disetujui.
Perencanaan
karir adalah perencanaan yang dilakukan baik oleh individu pegawai maupun oleh
organisasi berkenaan dengan karir pegawai, terutama mengenai persiapan yang
harus dipenuhi oleh seorang pegawai untuk mencapai tujuan karir tertentu.
Sementara
itu, beberapa konsep dasar perencanaan karir
menurut Umar adalah sebagai berikut :
- Karir sebagai suatu urutan promosi atau transfer ke jabatan yang lebih besar tanggung jawabnya atau ke lokasi-lokasi yang lebih baik selama kehidupan kerja seseorang.
- Karir sebagai petunjuk pekerjaan yang membentuk suatu pola kemajuan yang sistematik dan jelas (membentuk satu jalur karir).
- Karir sebagai sejarah pekerjaan seseorang atau serangkaian posisi yang dipegangnya selama kehidupan kerja.
Dalam
perencanaan karir ada lima syarat utama yang harus dipenuhi agar proses
perencanaan tersebut dapat berjalan
dengan baik. Kelima syarat tersebut adalah :
a. Dialog
Dalam
hal ini pegawai perlu diajak dialog untuk merencanakan karirnya.
b. Bimbingan
Organisasi
harus memberikan bimbingan kepada pegawainya agar bisa meniti karir dengan
baik, karena tidak semua pegawai memahami jalur karir.
c. Keterlibatan
Individual
Dalam
perencanaan larir harus melibatkan individu pegawai, mereka hendaknya diberi
kesempatan untuk berbicara dan memberi masukan. Hal ini sama dengan syarat
pertama yakni dialog.
d. Umpan Balik
Proses pemberian umpan balik akan terjadi jika ada
dialog.
e. Mekanisme perencanaan karir
Yang dimaksud umpan balik di sini adalah tata cara atau
prosedur yang ditetapkan agar proses perencanaan karir dapat dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya.
3.
Jalur dan Tujuan Karir
Jalur karir
adalah pola urutan pekerjaan (Pattern of work Sequence) yang harus
dilalui pegawai untuk mencapai suatu tujuan karir. Jalur karir selalu bersifat
ideal dan normatif. Artinya dengan asumsi setiap pegawai mempunyai kesempatan
yang sama dengan pegawai lain, maka setiap pegawai mempunyai kesempatan yang
sama untuk mencapai tujuan karir tertentu. Namun demikian, dalam kenyataannya,
ada pegawai yang bagus karirnya ada pula pegawai yang kurang baik dalam
karirnya.
Dalam organisasi yang baik, jalur
karir pegawai selalu jelas dan eksplisit, baik titik-titik karir yang dilalui
maupun persyaratan yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan karir tertentu.
Berkaitan dengan tujuan karir, pada
dasarnya tujuan atau sasaran karir adalah posisi atau jabatan tertentu yang
dapat dicapai oleh seorang pegawai bila yang bersangkutan memenuhi semua syarat
dan kualifikasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan jabatan tersebut.
Tujuan pengembangan karier
dikemukakan oleh Andrew J.Dubrin (1982:198) adalah :
a. Membantu
dalam pencapaian tujuan individu dan perusahaan
b. Menunjukkan
hubungan kesejahteraan pegawai
c. Membantu
pegawai menyadari kemampuan potensi mereka
d. Meperkuat
hubungan antara pegawai dan perusahaan
e. Membuktikan
tanggung jawab sosial
f. Membantu
memperkuat pelaksanaan program-program perusahaan
g. Mengurangi
turnover dan biaya kepegawaian
h. Mengurangi
keusangan profesi dan manajerial
i.
Menggiatkan analisis dari keseluruhan pegawai
j.
Menggiatkan suatu pemikiran (pandangan)
jarak waktu yang panjang
4. Fokus
Karir
Fokus utama dalam karir seorang pegawai dalam organisasi
akan menentukan pengembangan karir individu tersebut di masa depannya. Menurut
Gomes (1995)[1]
ada dua fokus utama dalam pengembangan karir, yaitu :
- Fokus Internal
Dalam fokus internal ini, seseorang perlu selalu dapat
memandang karirnya secara positif. Pandangan yang positif terhadap karir
memungkinkan seseorang dapat mengembangkan karirnya dengan sedikit stres dan
perasaan negatif lainnya.
- Fokus Eksternal
Fokus eksternal menyebabkan pengembangan karir seseorang
perlu didukung oleh keadaan lingkungan eksternalnya. Dalam hal ini yang menjadi
fokus perhatian bukan lagi pada cara seseorang memandang karirnya, tetapi pada
kedudukan yang secara aktual diduduki oleh seorang pekerja.
5. Pengembangan
Karir
Pengertian pengembangan karir itu sendiri adalah proses
pelaksanaan (implementasi) perencanaan karir. Pengembangan karir pegawai bisa dilakukan melalui dua
jalur, yakni melalui pendidikan dan latihan (diklat) dan melalui non diklat.
Contoh pengembangan karir melaui diklat misalnya
menyekolahkan pegawai (di dalam atau di luar negeri), memberi pelatihan (di
dalam atau di laur organisasi), memberi pelatihan sambil bekerja (on the job
training).
Sementara contoh pengembangan karir melalui non diklat
seperti memberi penghargaan kepada pegawai berprestasi, mempromosikan ke
jabatan yang lebih tinggi, menghukum pegawai, merotasi pegawai ke jabatan lain
yang setara dengan jabatan semula.
6. Model
Pengembangan Karir
Menurut Byars
dan Rue (2000), pengembangan karir merupakan aktivitas formal dan berkelanjutan
yang merupakan suatu upaya organisasi untuk mengembangkan dan memperkaya
sumberdaya manusianya dengan menyelaraskan kebutuhan mereka dengan kebutuhan
organisasi. Dari perkembangan konsep ini, maka kita mengenal tiga model
pengembangan karir, yaitu:
- Model siklus hidup (life-cycle model), merupakan pengembangan karir yang sifatnya pasti. Seseorang akan berpindah pekerjaannya melalui perbedaan tahap karir. Dalam model ini peran organisasi sangat besar dalam menentukan karir seseorang.
- Model berbasis organisasi, yaitu model pengembangan yang menjelaskan bahwa karir seseorang akan melalui tahap-tahap karir, tetapi di dalam model ini juga dijelaskan bahwa dalam proses pengembangan karir ada proses pembelajaran bagi karyawan untuk memiliki jalur karir yang pasti.
- Model pola terarah
Dalam model ini
karyawan dibimbing atau diarahkan untuk membuat keputusan sendiri mengenai
seberapa cepat mereka menginginkan kemajuan dalam karir mereka.
Ketiga model
tersebut berkaitan erat dengan tipe manajemen sebuah organisasi maupun
perusahaan. Tiap organisasi memiliki bentuk/system pengembangan karir yang
berbeda-beda tergantung kebijakan manajer maupun pimpinan organisasi.
7. Peran
Pengembangan Karir
Dalam
proses pengembangan karir individu (karyawan) dalam organisasi, ada 3 hubungan
saling terkait antara individu, manajer, maupun organisasi. Ketiga-tiganya
memiliki peran masing-masing. Gary Dessler menjelaskan peran ketiganya dalam
pengembangan karir sebagai berikut:
a. Peran
Individu
-
Terimalah tanggung jawab untuk karir Anda sendiri.
-
Taksirlah minat, keterampilan, dan nilai anda.
-
Carilah informasi dan rencana karir.
-
Bangunlah tujuan dan rencana karir.
-
Manfaatkanlah peluang pengembangan.
-
Berbicaralah dengan manajer Anda tentang karir Anda.
-
Ikutilah seluruh rencana karir yang realistic.
b. Peran
Manajer
-
Berikanlah umpan balik kinerja yang tepat waktu.
-
Berikan dukungan dan penilaian pengembangan.
-
Berpartisipasilah dalam diskusi pengembangan karir.
-
Dukunglah rencana pengembangan karir.
c. Peran
Organisasi
-
Komunikasi misi, kebijakan, dan prosedur.
-
Berikan peluang pelatihan dan pengembangan.
-
Berikan informasi karir dan program karir.
-
Tawarkan satu keanekaragaman pilihan karir.
Jadi, pengembangan karir seorang individu
sangat terpengaruh dari 3 peran tersebut. Ketiga-tiga harus saling mendukung
dalam pengembangan karir. Dalam peran seorang manajer, Gary Dessler menjelaskan
lebih lanjut, bahwa ada 4 peran bagi manajer dalam pengembangan karir karyawan[2],
yaitu:
Pelatih
|
Penilai
|
Penasehat
|
Agen Rujukan
|
· Mendengar
· Menjelaskan
· Menyelidiki
· Menyatakan keprihatinan
|
· Memberikan umpan balik
· Menjelaskan standar
· Menjelaskan tanggung jawab jabatan
|
· Menghasilkan pilihan
· Membantu menetapkan tujuan
· Merekomendasi/ memberi nasehat
|
· Menautkan karyawan dengan sumber
daya
· Mengkonsultasi-kan rencana
tindakan
|
Dari
peran tersebut, nampak bahwa seorang manajer sangat berperan dalam pengembangan
karir individu di sebuah organisasi. Manajer yang baik seharusnya mendukung
penuh kinerja karyawan dan proaktif untuk membantu karyawan dalam mengembangkan
karir.
8. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Pengembangan Karir
Di samping peran individu, manajer, dan
organisasi dalam pengembangan karir, ada pelbagai faktor yang lebih spesifik
yang mempengaruhi pengembangan karir. Hasto Joko Nur Utomo dan Meilan Sugiarto memberikan contoh 9 faktor yang
berpengaruh terhadap pengembangan karir individu di suatu organisasi, yaitu :
- Hubungan pegawai dan organisasi
Secara ideal, hubungan pegawai dan organisasi berada
dalam hubungan yang saling menguntungkan, sehingga pada saat yang demikian
organisasi dapat mencapai produktifitas kerja yang lebih tinggi. Namun kadang
kala ada berbagai macam kendala yang dihadapi di lapangan.
- Personalia Pegawai
Terkadang,
dalam mmanajemen karir pegawai terganggu dengan adanya pegawai yang mempunyai
personalitas yang menyimpang, seperti terlau apatis, emosional, ambisius, curang, dan lain-lain.
Seorang
pegawai yang apatis akan sulit dibina karirnya sebab dirinya sendiri tidak
perduli dengan karirnya sendiri.
- Faktor Eksternal
Acapkali terjadi semua aturan dalam manajemen karir
sebuah organisasi menjadi kacau lantaran ada intervensi dari pihak luar.
- Politicking dalam organisasi
Perencanaan karir akan menjadi sekedar basa- basi ketika
ada virus politicking seperti hubungan antar teman, nepotisme,
feodalisme, dan lain sebagainya.
- Sistem Penghargaan
Organisasi yang tidak mempunyai sistem penghargaan yang
jelas (selain gaji dan insentif) akan cenderung memperlakukan pegawainya secara
subyektif. Pegawai yang berprestasi baik
dianggap sama dengan pegawai yang malas.
- Jumlah Pegawai
Semakin banyak jumlah pegawai maka semakin ketat persaingan untuk menduduki
jabatan, demikian pula sebaliknya. Jumlah pegawai yang dimilki sebuah
organisasi sangat mempengaruhi manajemen karir yang ada.
- Ukuran Organisasi
Ukuran organisasi dalam konteks ini berhubungan dengan
jumlah jabatan yang ada dalam organisasi tersebut, semakin besar organisasi,
semakin kompleks urusan manajemen karir pegawai. Namun, kesempatan untuk
promosi dan rotasi pegawai juga lebih banyak.
- Kultur Organisasi
Sebagaimana masyarakat pada umumnya, organisasi juga
mempunyai kultur. Ada organisasi yang berkultur profesional, obyektif, rasional
dan demokratik. Namun ada juga organisasi yang cenderung feodalistik, rasional
dan demokratis. Dan kultur ini sedikit banyak akan mempengaruhi pengembangan
karir yang ada dalam organisasi tersebut.
- Tipe Manajemen
Ada pelbagai tipe manajemen di sebuah organisasi. Ada
manajemen yang lebih cenderung kaku, otoriter, tersentralisir, tertutup, tidak
demokratis. Ada juga manajemen yang cenderung fleksibel, paritsipatif, terbuka,
dan demokratis. Jika manajemen kaku dan tertutup, maka keterlibatan pegawai
dalam pembinaan karirnya sendiri cenderung minimal. Sebaliknya, jika manajemen
cenderung terbuka, partisipatif, dan demokratis, maka keterlibatan pegawai
dalam pembinaan karir mereka juga cenderung besar.[3]
9. Cara
Membangun Sistem Pengembangan Karir
Dalam mengembangkan sebuah karir, pihak manajemen
organisasi harus memiliki sebuah sistem pengembangan karir. Ini bertujuan untuk
mengelola pengembangan karir karyawan yang obyektif dan efektif. 9 faktor yang
mempengaruhi pengembangan karir di atas, merupakan contoh konkrit di mana ada
faktor internal dan eksternal yang menghambat pengembangan karir individu.
Karena itu, organisasi harus memiliki sistem pengembangan karir yang baik.
Irwan Rei, seorang Managing Director
Multi Talent Indonesia menjelaskan bagaimana membangun sistem pengembangan
karir di dalam organisasi:
a. Tentukan
dulu filosofi perusahaan mengenai bagaimana seorang karyawan dapat
mengembangkan karirnya di perusahaan, misalnya:
1). Apakah dasar atau kriteria bagi karyawan
untuk naik jabatan (pergerakan vertikal) maupun pindah bagian (pergerakan
horisontal) di dalam perusahaan? Kriteria ini bisa beragam, misalnya prestasi
kerja karyawan selama beberapa tahun terakhir, seberapa jauh karyawan memenuhi
kebutuhan kompetensi dan kualifikasi (sertifikasi, tingkat pendidikan,
pengalaman kerja) dari posisi tujuan, tersedianya (kosongnya) posisi tujuan,
kesamaan jenis usaha dan lain-lain.
2). Tentukan apakah perpindahan bagian
dapat dilakukan pada setiap tingkatan jabatan atau dibatasi, misalnya, hanya
pada tingkat karyawan pemula/junior dan tingkat manajemen saja? Berapa kali
seorang pegawai dapat pindah bagian? Beberapa organisasi membatasi pergerakan
antar bagian hanya terjadi pada tingkat awal dan senior, sementara yang lain
tidak membatasi.
Dalam konteks perusahaan yang banyak
ragam kegiatan usahanya seperti di atas, tentukan dulu sejauh mana perusahaan
ingin memberikan ruang-gerak bagi karyawan dalam membangun karirnya di dalam
organisasi. Bila sangat bebas terbuka, berarti perusahaan perlu membangun
karyawan 'generalists', yang memiliki kompetensi untuk bekerja pada berbagai
ragam kegiatan usaha. Sementara bila dibatasi, berarti perusahaan cenderung
akan fokus membangun karyawan yang fokus pada bidang usahanya. Atau kombinasi
di antara keduanya?
Pilihan model yang ada akan memberikan
implikasi pada fleksibilitas karyawan dalam membangun karirnya, perencanaan
tenaga-kerja maupun investasi perusahaan di dalam mengembangkan kemampuan
karyawannya.
b. Bangun
peta pergerakan atau pengembangan karir jabatan-jabatan yang ada (career map)
berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan pada langkah 1 tadi. Untuk
memberikan ruang lebih besar bagi karyawan dalam membangun karirnya di dalam
organisasi, beberapa organisasi membangun apa yang disebut dengan dual-career
atau multiple-career track(s), yaitu jalur karir manajerial (struktural)
dan jalur karir non-manajerial (spesialis).
Jalur karir non-manajerial/spesialis
dibangun untuk memfasilitasi pengembangan karir bagi karyawan yang tidak
tertarik menduduki jabatan manajerial -- tidak semua orang ingin menjadi
manajer, ada yang bahagia menjadi spesialis di dalam disiplin ilmu tertentu.
Karena membangun peta karir relatif
membutuhkan waktu yang tidak sedikit, fokuskan pembuatan career map pada
posisi-posisi yang relatif penting (kritikal) di dalam organisasi.
c. Bangun
SOP (standard operating procedure) termasuk alat-alat tes yang
diperlukan untuk membantu karyawan mengetahui bagaimana mereka dapat
mengembangkan karirnya di dalam organisasi. Langkah-langkah atau proses apa
yang harus dilalui? Misalnya, bagaimana seorang yang baru bekerja dapat menjadi
pemimpin divisi/departemen dalam beberapa tahun ke depan? Persyaratan maupun
tes-tes apakah yang harus dipenuhi dll. Bagaimana jika seorang pegawai
mendapatkan hasil penilaian kinerja yang memuaskan selama 3 tahun
berturut-turut? Kemana, kapan, bagaimana dan oleh siapa ia dapat dipromosikan?
4. Perbaiki terus-menerus model yang
telah dibangun berdasarkan hasil implementasinya di lapangan dan kebutuhan
organisasi, termasuk bila ada perubahan struktur dan strategi perusahaan.
Karena administrasi sistem pengembangan
karir itu membutuhkan waktu yang tidak sedikit, persiapkan
infrastruktur/teknologi pendukung agar sistem dapat diimplementasikan dengan
efisien dan efektif.[4]
Organisasi yang memiliki sistem
pengembangan karir yang bagus, akan memotivasi para karyawan dalam membangun
kinerja di organisasi atau perusahaan. Akan tetapi sebaliknya, organisasi atau
perusahaan yang tidak memiliki sistem pengembangan karir yang bagus akan
mempengaruhi pengembangan karir individu. Sebagaimana yang dikatakan Gary
Dessler, peran individu, manajer, dan organisasi sangat berpengaruh dalam
pengembangan karir. Ketika individu yang berprestasi tidak didukung sistem
organisasi yang baik dan manajer yang tidak mendukung, maka karir individu
tersebut tidak akan berubah lebih baik.
C.
Kesimpulan
Dalam sebuah
organisasi, seorang karyawan bisa merencanakan pengembangan karirnya. Dalam
merencanakan pengembangan karir individu, tak bisa dilepaskan antara peran
individu (karyawan), manajer, dan organisasi tersebut. Ketiga-tiganya harus
berperan saling mendukung dan mendorong pengembangan karir karyawan. Ada
beberapa hal/faktor yang mempengaruhi pengembangan karir individu, tapi bisa
disimpulkan jadi dua factor, yakni factor internal (professionalisme karyawan)
dan factor internal (lingkungan organisasi, seperti tipe manajemen, manajer,
system pengembangan karir di organisasi, dan lain-lain).
Pengembangan karir merupakan salah
satu tugas manajemen Sumber Daya Manusia (SDM). Setiap manajer harus memiliki
sistem manajerial dalam mengelola karyawan, salah satunya ssstem pengembangan
karir karyawan . Semakin bagus sistem pengembangan karir karyawan di dalam
organisasi, semakin mudah bagi karyawan untuk merencanakan pengembangan
karirnya.
Daftar
Pustaka
Hastho Joko Nur Utomo dan Meilan
Sugiarto, Manajemen Sumber Daya Manusia (Yogyakarta : Ardana Media.
2007).
Gary Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia, (terj.)
oleh. Benyamin Molan, (Jakarta: Prenhallindo, 1998).
Triton P.B., Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya Manusia (Yogyakarta
: Tugu. 2005).
www.portalhr.com diunduh 11 juni 2008 jam.
10. 43
www.lmfeui.com.
Diunduh tanggal 10 juni, jam.10. 40 wib.
Prabu
Mangkunegara,Anwar.(2001).”Manajemen
Sumber Daya Manusia”.Bandung : PT.Remaja
Rosdakarya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar